PAPPASANG https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang <p><strong>Pappasang</strong> is a journal published by Department of the Qur'anic Studies and Tafseer, Faculty of Usuluddin, Adab and Dakwah (UAD), STAIN Majene. The journal is published twice annually (June and Desember) to encourage and promote the study of the Quran-Hadith and Islam and Contemporary Thought, was designed to facilitate and take the scientific work of researchers, lecturers, students, practitioner and etc. into dialogueand.</p> <p><strong>Focus</strong> : to provide readers with a better understanding of Islamic Studies and present developments through the publication of articles and book reviews</p> <p><strong>Scopes </strong>: a journal concern on Quran and Hadith Studies such as the Living Qur’an, the Qur’an and Social Culture, thoughts of figures about the Qur'anic Studies, the Exegesis Studies and etc.; Similarly, matters relating to the Hadith, the Hadith Studies, Living Hadith, Hadith and Social Culture, thoughts of figures about hadith and etc.; Islam and Contemporary Thought; Islamic Philosophy</p> en-US nure1mandary@stainmajene.ac.id (Muhammad Nur Murdan) rahmatnurdin077@gmail.com (Rahmat Nurdin) Sun, 30 Jun 2024 00:00:00 +0000 OJS 3.3.0.7 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Hubungan Muqsam Bih dan Muqsam ‘Alaih pada Surah Al-Tin https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/631 <p><em>Surah Al-Tin is a surah where most of the verses begin with a qasam (oath). Every qasam has muqsam bih which comes after it. The muqsam bih recitations in Surah Al-Tin have good meanings as written by the commentators.</em> <em>After muqsam bih which means good, then a verse suddenly appears which has the meaning of insulting humans who do bad things. Here the author wants to know what is the relationship between muqsam bih which has a good meaning and some muqsam alaih (contents of surahs) which explain bad connotations (contempt for humans who do bad things).</em> <em>Using Ferdinand De Saussure's semiotic theory, the writer tries to analyze the structure of Surah Al-Tin to find the relationship between qasam, muqsam bih, and muqsam 'alaih. This study uses a qualitative method, namely by analyzing existing data to find a new theory from the results of the analysis.</em></p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan antara <em>muqsam bih</em> dan <em>muqsam ‘alaih</em> dalam Surah Al-Tin dengan menggunakan analisis linguistik Ferdinand de Saussure. Penelitian merupakan kajian pustaka dengan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa surah al-Tin yang diawali dengan <em> qasam</em> (sumpah) ternyata menyimpan makna kebaikan. Setiap <em> qasam</em> memiliki <em>muqsam bih</em> yang datang setelahnya. Lafal-lafal <em>muqsam bih</em> dalam Surah al-Tin memiliki makna yang baik-baik yang kemudian <em>muqsam bih</em> yang bermakna baik tersebut disusul dengan ayat yang memiliki makna penghinaan terhadap manusia yang mengerjakan keburukan. Adapun hubungan antara <em>muqsam bih</em> dan <em>muqsam ‘alaih</em> dalam surah al-Tin yaitu menjadi tanda bahwa Allah akan membalas manusia dengan kasih sayang dan keadilan sesuai dengan amal perbuatan mereka.</p> Lianfin Safira Aulia, Ahmad Murtaza Copyright (c) 2024 PAPPASANG https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/631 Sun, 30 Jun 2024 00:00:00 +0000 Kajian Filologi: Kitab Khil'ah al-Fikriyyah Bi Syarh Minhah al-Khairiyyah Karya Mahfudz al-Tarmasi https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/825 <p>Mahfudz al-Tarmasi ialah ulama Nusantara yang mempunyai keilmuan dalam bidang hadis. Dalam kajian ilmu hadis di Indonesia dikatakan masih tertinggal dengan minimnya pakar hadis serta literatur yang dikaji ketika dianalogikan dengan ilmu Islam yang lain seperti ilmu fikih, tafsir, dan tasawuf. Point utama dalam penelitian ini ialah merujuk pada kitab <em>Khil’ah al-Fikriyyah bi syarh al-minhah al-Khairiyyah </em>dengan menggunakan kajian filologi, sebab dalam kitab tersebut ditulis dengan Bahasa Arab. Adapun peneliti juga membahas otentitas dan validitas hadis untuk meninjau kualitas dalam kitab tersebut dengan 4 tema hadis yaitu Aqidah, ubudiyah, muamalah, dan siyasah. Metode penelitian yang digunakan ialah penelitian kualitatif dan jenis penelitian menggunakan studi pustaka. Adapun hasil dalam penelitian ini bahwa dari 4 tema hadis tersebut memiliki kualitas hadis yang sahih dan termasuk dalam kategori hadis mutawattir.</p> Muhid, Muhamad Septa Aldian Firmansyah Firmansyah, Isnaini Lu'lu' Atim Muthoharoh Copyright (c) 2024 PAPPASANG https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/825 Sun, 30 Jun 2024 00:00:00 +0000 Re-eksistensi Perempuan dalam Periwayatan Hadis https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/707 <p>Pandangan yang selama ini mengatakan eksistensi perempuan dalam periwayatan hadis dari masa ke masa mengalami penurunan, ternyata mengabaikan periwayat periwayat perempuan pasca kanonisasi. studi ini bertujuan untuk menunjukan adanya re-eksistensi perempuan dalam periwayat hadis pasca kanonisasi melalui potret kehidupan Karimah al-Marwaziyyah. Setidaknya terdapat dua pertanyaan yang diajukan, (1) bagaimana posisi perempuan dalam periwayatan hadis pasca kanonisasi, (2) bagaimana upaya Karimah al-Marwaziyyah untuk re-eksistensi perempuan dalam periwayat hadis pasca kanonisasi. Dalam menjawab problem penelitian tersebut, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian studi literatur. penelitian ini menyimpulkan bahwa, Pertama, pasca kanonisasi hadis perempuan mengalami re-eksistensi yang dipengaruhi oleh empat faktor. Yaitu umur yang panjang, terbukanya ruang publik, aspek ekonomi dan spirit belajar. Kedua, pasca kanonisasi hadis Karimah al-Marwaziyyah mengambil peran dalam mengembalikan lagi keeksisan perempuan dalam periwayatan hadis, Karimah yang menjadi role model dan tokoh perempuan awal yang masyhur dikalangan perawi perempuan pasca kanonisasi hadis dengan kualitas keilmuan, keistimewaan, serta kontribusinya menarik perempuan untuk ikut serta kembali dalam pentas periwayatan, Kontribusi Karimah telihat dari tiga faktor yakni kisah inspiratifnya, forum keilmuaan, dan murid-muridnya.</p> Anugrah Eran Batu Copyright (c) 2024 PAPPASANG https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/707 Sun, 30 Jun 2024 00:00:00 +0000 Prinsip Pemerintahan dalam Islam menurut Muhammad Asad https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/783 <p style="font-weight: 400;"><em>The paper discusses Muhammad Asad’s work on the principle of Islamic governance and its basic constitution and foundational structure. In this regards, he formulated the constitutional ideas of Islamic state whose constitution contains the provision of Islamic law that practiced and implement the norms stated in the Qur’an and hadith. This ideas was partly enshrined in the Pakistan constitutional law whose political establishment was formed in 1947. It essentially discussed Muhammad Asad’s political ideas and its underlying philosophy as espoused in his works, such as The principles of state and government in Islam, This law of ours and other essays, Islamic constitution making, journal Arafat, The message of the Qur’an, Sahih al-Bukhari the early years of Islam and,&nbsp; etc. The study is based on qualitative methods in the form of library research. The data were analysed using descriptive, analytical and comparative methods. The finding shows that Muhammad Asad had formulated comprehensive theoretical framework of legal aspect of Islamic governance based on the fundamental principle and doctrine of the shariah, derived from the teaching of the Qur’an and the sunnah, while advocating democratic ideals and system based on conventional practice and requirement of modern context of nation state. </em></p> ahmad nabil amir Copyright (c) 2024 PAPPASANG https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/783 Sun, 30 Jun 2024 00:00:00 +0000 Wirid Surah al-Sajadah dan Surah al-Mulk https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/944 <p><em>Living</em> Quran sebagai disiplin ilmu baru dalam kajian qur’an berupaya menjelaskan fenomena-fenomena sosial yang memiliki kaitan erat dengan ayat-ayat al-Quran yang dimaknai dan diaktualisasikan oleh individu maupun komunitas. Dalam konteks itu, tradisi wirid surah al-sajadah dan surah al-mulk di Pesantren Hidayatullah Surabaya layak dicermati. Kajian ini merupakan kajian perdana terhadap fenomena wirid tersebut. Kajian ini menggunakan perspektif hermeneutik Gadamer yang bertujuan menggali dan mendapatkan pemahaman serta makna dari tradisi tersebut. Hasil kajian menyimpulkan bahwa ternyata wirid tersebut merupakan salah satu satu upaya internalisasi nilai-nilai al-Quran terhadap kader agar memiliki kecerdasan emosioanal, spiritual dan militansi dalam menegakkan peradaban Islam.</p> Rahmat; Umar Hadi Copyright (c) 2024 PAPPASANG https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/944 Sun, 30 Jun 2024 00:00:00 +0000 'Illat al-Hadis https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/884 <p>Ilmu<em>‘illat al-h}adi&gt;s\ </em>merupakan ilmu yang memiliki tingkat kesulitan tertinggi dan terumit dalam<em>‘ulu&gt;m al-h}adi&gt;s\</em>. Bahkan dikatakan perlu ilham untuk menemukan <em>‘illat</em> yang terjadi dalam tubuh sebuah hadis. Perlu pengetahuan holistik dan komprehensif seputar sanad dan matan untuk menelusuri rekam jejak kecacatan tersamar atau tersembunyi pada sebuah hadis. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan deskripsi tentang konsep ilmu <em>‘illat al-h}adi&gt;s\ </em>seputar pengertian, ruang lingkup, kedudukan serta urgensinya. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau <em>library</em> <em>research</em> dengan jenis pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif-analitik untuk memberikan gambaran tentang ilmu <em>‘illat al-h}adi&gt;s</em>\. Kemudian menganalisanya berdasarkan data-data dari hasil penelitian dan beberapa literatur yang relevan, guna mendapatkan hasil penelitian yang akurat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ilmu <em>‘illat</em> <em>al-h}adi&gt;s\</em> ialah hadis yang tampak dari luar sahih, tetapi setelah diverifikasi ditemukan kecacatan tersembunyi yang dapat mencederai kevaliditasan hadis tersebut. Ruang lingkup <em>‘illat</em> hadis ini terbagi ke dalam tiga bagian, yakni sanad, matan, dan sanad matan sekaligus. Ilmu ini memiliki kedudukan yang tinggi dalam <em>'ul</em><em>ū</em><em>m</em> al-<em>h}adi&gt;s\</em>. Ulama hadis menganggap penting ilmu ini dikarenakan berkaitan erat dengan kesahihan hadis. Melalui ilmu <em>‘illat</em> hadis ini dapat diketahui kecacatan tersembunyi dari suatu hadis dan mengetahui tingkat kerusakan kualitas sanad/matannya.</p> hikmawati sultani, Hariadi; Hasbullah Copyright (c) 2024 PAPPASANG https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/884 Sun, 30 Jun 2024 00:00:00 +0000 Implementasi Pengajian Tafsir dalam Menanamkan Pemahaman Moderasi Beragama di Masjid Se-Sulawesi Tenggara https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/942 <p>Penelitian ini bertujuan untuk Mengidentifikasi Bentuk Pengajian Tafsir di Masjid al-Jariah Kendari dan Fastabiqul Khairat Konawe Selatan. Menganalisa Signifikansi Pengajian Tafsir Berbasis Moderasi Beragama di Masjid al-Jariah Kendari dan Fastabiqul Khairat Konawe Selatan. Dan Menganalisa Dampak Pengajian Tafsir dalam Penanaman Pemahaman Moderasi Beragama di Masyarakat Kendari dan Konawe Selatan. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan menggunakan teori moderasi beragama, sesuai Indikator Kementerian Agama RI, Hasil penelitian menemukan bentuk kajian di masjid al-Jariah Kendari dan Fastabiqul Khairat Konsel, yaitu model ceramah, dengan membaca satu kitab yang sudah disepakati, lalu dilanjutkan dengan tanya jawab, metode ini berdasarkan keinginan ustadz dan saran dari jamaah. Kitab yang digunakan ialah kitab <em>al-Jami’ li ‘Ahkam al-Qur’an</em> yang dikarang oleh Imam al-Qurthubi&gt;. Adapun Signifikansi Pengajian Moderasi beragama penting untuk dilaksanakan di masjid al-Jariah kota kendari, karena beragamnya “warna’ pemahaman masyarakat, yang seringkali menjadikan suasana yang panas, dan kurang kondusif, dan menyebabkan keributan karena mempertahankan pemahaman kelompoknya. Hal ini menjadikan pengurus masjid al-Jariah memandang perlu untuk mengadakan pengajian tafsir moderasi yang berimplikasi pada pemahaman masyarakat yang moderat. Adapun Tema tentang moderasi beragama dianggap penting dalam pengajian tafsir di masjid Fastabiqul Khairat Konawe Selatan, karena melihat kultur masyarakat yang berasal dari berbagai macam latar belakang. Dan Pengajian tafsir memiliki dampak pada bidang kognitif, Afektif dan Konatif, khususnya pada Indikator Moderasi Beragama yaitu Komitmen Kebangsaan yang semakin kuat, toleransi yang selalu terjaga, anti kekerasan yang selalu menginginkan kedamaian dan menghormati tradisi lokal yang sesuai dengan syariat.</p> danial Copyright (c) 2024 PAPPASANG https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/942 Sun, 30 Jun 2024 00:00:00 +0000 Resepsi Organisasi Masyarakat Nahdlatul Ulama dan Wahdah Islamiyah terhadap Cadar di Kabupaten Majene https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/958 <p>Controversial debate surrounding the veil and its prohibition in several institutions in Indonesia. Employing a qualitative approach and a descriptive comparative method, primary data is obtained from the organizations' officials, while secondary data involves relevant literature. Data collection methods include observation, interviews, and documentation, with analysis using Hans Robert Jauss' reception theory. Nahdlatul Ulama sees the veil not as an obligation in Islam but as a pre-Islamic tradition. They emphasize the importance of covering the aurat according to specified conditions, irrespective of the model of aurat covering. Conversely, Wahdah Islamiyah considers the veil a duty and recommendation to preserve the honor of Muslim women. The research findings indicate that Nahdlatul Ulama is oriented towards the Quran, hadith, fiqh books, ijma, and qiyas, following the Shafi'i school, while Wahdah Islamiyah relies on the Hambali school and classical interpretations of related verses. Both organizations agree that the essence of wearing the veil lies in the purity of the heart and choosing clothing in accordance with religious norms.</p> <p>&nbsp;</p> <p>Penelitian ini mengevaluasi pandangan Nahdlatul Ulama dan Wahdah Islamiyah terhadap cadar di Majene menggunakan metode Living Qur'an. Fokusnya pada perdebatan kontroversial seputar cadar dan pelarangan di beberapa instansi di Indonesia. Dengan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif komparatif, data primer diperoleh dari pengurus ormas, sedangkan data sekunder melibatkan literatur terkait. Metode pengumpulan data melibatkan observasi, wawancara, dan dokumentasi, dengan analisis menggunakan teori resepsi Hans Robert Jauss. Nahdlatul Ulama melihat cadar bukan kewajiban Islam, melainkan tradisi pra-Islam. Mereka menekankan pentingnya menutup aurat sesuai syarat, tanpa memandang model penutup aurat. Wahdah Islamiyah, sebaliknya, menganggap cadar sebagai kewajiban dan anjuran untuk menjaga kehormatan wanita Muslim. Hasil penelitian menunjukkan Nahdlatul Ulama berorientasi pada al-Qur'an, hadis, kitab fiqih, ijma, dan qiyas, mengikuti mazhab Imam Syafi'i, sementara Wahdah Islamiyah berlandaskan pada mazhab Hambali. Keduanya sepakat bahwa inti penggunaan cadar adalah kebersihan hati dan pemilihan pakaian sesuai norma agama.</p> Nur Afni Octaviani; Muhammad Nasir, Muhammad Yunan Copyright (c) 2024 PAPPASANG https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/958 Sun, 30 Jun 2024 00:00:00 +0000 Kritik Al-Qur’an terhadap Bullying https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/849 <p><strong><em>Abstract:</em></strong></p> <p>This article addresses bullying, both physical and verbal, focusing on its prohibition in the Quran, specifically QS al-Ḥujurāt [49]: 11. This library research employs Ferdinand de Saussure's syntagmatic-paradigmatic and signifier-signified theory as an analytical tool, while considering the verse's textual and historical context. The aim is to reveal the meaning (signified) behind QS al-Ḥujurāt [49]: 11 (signifier). The article concludes that this verse prohibits bullying others, as the victim may hold a better position before Allah. Bullying here includes physical actions like hitting and torturing, as well as verbal forms such as insulting and mocking. It also encompasses all forms of bullying on social media, which fall under verbal bullying. The research highlights the Quranic stance against bullying and its various manifestations in both physical and digital realms.</p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Artikel ini mengkaji fenomena bullying fisik dan verbal, berfokus pada larangannya dalam Al-Qur’an, khususnya QS al-Ḥujurāt [49]: 11. Penelitian kepustakaan ini menggunakan teori sintagmatik-paradigmatik dan signifier-signified Ferdinand de Saussure sebagai alat analisis, serta mempertimbangkan konteks tekstual dan historis ayat tersebut. Tujuannya adalah mengungkap makna (<em>signified)</em> di balik QS al-Ḥujurāt [49]: 11 (<em>signifier</em>). Kesimpulan artikel menyatakan bahwa ayat ini melarang bullying terhadap pihak lain, karena kemungkinan korban bullying memiliki kedudukan yang lebih baik di sisi Allah. <em>Bullying</em> yang dimaksud mencakup tindakan fisik seperti memukul, menendang, dan menyiksa, serta verbal seperti menghina dan mengejek. Termasuk juga segala bentuk <em>bullying</em> di media sosial yang tergolong <em>bullying verbal</em>. Penelitian ini menekankan sikap Al-Qur’an yang menentang <em>bullying</em> dalam berbagai manifestasinya, baik di dunia nyata maupun digital.</p> Sukmana, Chandra, Nadifatul Ainiyah, Ade Naelul Huda Copyright (c) 2024 PAPPASANG https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/849 Sun, 30 Jun 2024 00:00:00 +0000 Metode Pembelajaran Hadis pada Pondok Pesantren di Polewali Mandar Sulawesi Barat https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/957 <p><em>This research elaborates on learning methods at boarding schools in Polewali Mandar, West Sulawesi by raising the following problem formulations: 1) What are the learning methods used in boarding schools in Polewali Mandar, 2) How is the learning method used in the teaching and learning process at boarding schools in Polewali Mandar? By raising the problem formulation above, the author found that the learning methods used in boarding schools in Polewali Mandar use various learning methods such as: sorongan, bandongan, lectures, questions and answers, discussions, and others, this is influenced in terms of the teacher's educational background, the characteristics of the pesantren, and the objectives of each pesantren.</em></p> <p>Penelitian ini mengurai tentang metode pembelajaran pada pondok pesantren di Polewali Mandar Sulawesi Barat dengan mengangkat rumusan masalah sebagai berikut: 1) Apa saja metode pembelajaran yang digunakan pada pondok pesantren di Polewali Mandar?, 2) Bagaimana metode pembelajaran tersebut digunakan dalam proses belajar mengajar pada pondok pesantren di Polewali Mandar?. Dengan mengangkat rumusan masalah di atas penulis menemukan bahwa metode pembelajaran yang digunakan pada pondok pesantren di Polewali Mandar menggunakan berbagai metode pembelajaran seperti: sorongan, bandongan, ceramah, tanya jawab, diskusi, dan lainnya, hal ini dipengaruhi dari segi latar belakang pendidikan guru, karakteristik pesantren, dan tujuan dari masing-masing pesantren tersebut.</p> Fajril Husni; Arifuddin Ahmad, Erwin Hafid Copyright (c) 2024 PAPPASANG https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/957 Sun, 30 Jun 2024 00:00:00 +0000 Tafsir Pluralisme Agama https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/956 <p>Tulisan ini bermaksud menelaah secara kritis atas pemikiran tafsir Farid Esack tentang pluralisme agama. &nbsp;Pemikiran tersebut berangkat dari konteks sosial masyarakat di Afrika Selatan yang terbelenggu oleh paham apartheid. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat penelitian pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: a. Farid Esack mengharuskan adanya pengkajian kembali atas teks-teks al-Qur’an yang memungkinkan lahir makna-makna baru atas al-Qur’an sesuai dengan konteks dan zamannya sekarang, b. Farid Esack menawarkan metode hermeneutika untuk menafsirkan al-Qur’an khususnya pada ayat-ayat yang dinggapnya terkait lansung dengan konsep pluralisme agama, c. Konsep pluralisme Agama Farid Esack dapat berterima apabila dilakukan dengan alasan bahwa konsep tersebut dapat mengeluarkan masyarakat Afrika Selatan dari belenggu ketidakadilan, penyiksaan ataupun aturan apartheid yang berseberangan dengan prinsip dasar agama.</p> Siti Lilis Afriani; Sulkifli Copyright (c) 2024 PAPPASANG https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/956 Sun, 30 Jun 2024 00:00:00 +0000 Pemikiran Ekonomi Islam pada Masa Daulah Abbasiyah https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/924 <p>Daulah Abbasiyah adalah dinasti ketiga dalam perkembangan sejarah peradaban Islam. Periode Dinasti Abbasiyah, kemajuan peradaban Islam berada di puncak kejayaan dan dianggap sebagai zaman keemasan umat Muslim menurut para ahli sejarah. Peradaban Islam yang baru muncul sebagai contoh bagi peradaban-peradaban di berbagai kota di seluruh dunia. Studi ekonomi Islam menjadi semakin penting dan banyak dipelajari selama masa Abbasiyah. Fokus utama dari studi tersebut adalah keuangan negara dan perpajakan. Kepemimpinan Dinasti Bani Abbasiyah meneruskan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah sebelumnya. Dinasti yang diberi nama Abbasiyah sebab para pendiri dan pemimpin Dinasti tersebut merupakan anak cucu&nbsp; keturunan Abbas, saudara laki-laki dari ayah Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah dibangun oleh Abdullah al-Abbas, yang lahir di Humaimah pada tahun 104 H, dan menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awwal 132 H. Daulah Abbasiyah berkuasa sejak tahun 750-1258 M.</p> Nurwahida, Samirah, Siradjuddin Copyright (c) 2024 PAPPASANG https://jurnal.stainmajene.ac.id/index.php/pappasang/article/view/924 Sun, 30 Jun 2024 00:00:00 +0000